Pemerintah berencana membangun tanggul Bojonegoro-Cepu sepanjang 134 km untuk mengurangi banjir di daerah Bojonegoro dan sekitarnya. Menurut Direktur Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjan Umum Siswoko detail desain akan selesai tahun ini dan pembangunan fisik mulai dilakukan tahun depan.
Pemerintah berencana membangun tanggul Bojonegoro-Cepu sepanjang 134 km untuk mengurangi banjir di daerah Bojonegoro dan sekitarnya. Menurut Direktur Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjan Umum Siswoko detail desain akan selesai tahun ini dan pembangunan fisik mulai dilakukan tahun depan. Selama ini bendung Wonogiri tidak mampu menampung kapasitas air yang menyebabkan air limpas, sehingga perlu dibangun tanggul sepanjang Bojonegoro-Cepu, tutur Siswoko kepada para wartawan di Jakarta, Rabu(25/4); dan loan desain berasal dari JBIC Jepang.” tambahnya Dirjen SDA mengakui, banjir yang melanda daerah sepanjang Sungai Bengawan Solo baru-baru ini akibat belum adanya tanggul Bojonegoro-Cepu. Selain tingginya curah hujan turut memicu terjadinya banjir. Curah hujan di Sragen 110 mm, Solo 105 mm, dan Madiun 90 mm. Menurut Siswoko debit banjir tersebut mencapai 2000 m3/detik. Debit air tersebut masih lebih kecil dibanding banjir probabilitas 10 tahunan yang mencapai 2500 m3/detik terang Siswoko. Siswoko membantah, bila banjir yang melanda tersebut diakibatkan ketidakmampuan waduk Wonogiri menampung debit air. Dirjen SDA menegaskan pada saat banjir, waduk wonogiri mengalirkan 200 m3/detik sementara jumlah air yang masuk jauh besar diatasnya. Fungsi waduk ialah meredam debit air yang keluar, dan waduk Wonogiri berfungsi dalam hal tersebut, tegas Siswoko. Waduk Karian: Sementara menanggapi warga yang menolak tanahnya dibebaskan untuk pembangunan Bendung Karian di Lebak Banten, Siswoko menjelaskan, hal tersebut karena warga belum mendapatkan sosialisasi. Terlalu prematur jika dikatakan warga menolak tanahnya dibebaskan, mungkin mereka belum mendapatkan sosiasasi dengan baik, ucap Dirjen SDA. Siswoko mengatakan pentingnya keberadaan Bendung Karian nantinya dalam hal menyokong kebutuhan air minum warga Jakarta dan sekiranya. Nantinya Bendung Karian dapat mengalirkan air baku sebanyak 6 m3/detik. Pemilihan Bendung Karian sendiri, menurut Dirjen SDA karena dipandang dari segi masalah sosial relatif mudah dibanding membuat Bendung di daerah Jakarta. Sementara untuk dana pembangunannya, akan berasal dari pinjaman Korea Selatan senilai US$ 150 juta atau setara Rp 1,4 triliun. Siswoko menjelaskan nantinya bendungan Karian akan dibagi dua kewenangan. Untuk urusan bendung akan menjadi tanggung jawab Ditjen SDA, sementara untuk aliran air menjadi urusan Ditjen Cipta Karya. Bendung Karian hanya untuk single purpose yaitu air baku, sehingga ada kemungkinan akan masuknya pihak swasta untuk masalah water supply, terang Dirjen SDA,” pihak BPPSPAM sendiri sudah menyatakan ketertarikannya, imbuhnya.Sumber: http://www.pu.go.id
Pemerintah berencana membangun tanggul Bojonegoro-Cepu sepanjang 134 km untuk mengurangi banjir di daerah Bojonegoro dan sekitarnya. Menurut Direktur Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjan Umum Siswoko detail desain akan selesai tahun ini dan pembangunan fisik mulai dilakukan tahun depan. Selama ini bendung Wonogiri tidak mampu menampung kapasitas air yang menyebabkan air limpas, sehingga perlu dibangun tanggul sepanjang Bojonegoro-Cepu, tutur Siswoko kepada para wartawan di Jakarta, Rabu(25/4); dan loan desain berasal dari JBIC Jepang.” tambahnya Dirjen SDA mengakui, banjir yang melanda daerah sepanjang Sungai Bengawan Solo baru-baru ini akibat belum adanya tanggul Bojonegoro-Cepu. Selain tingginya curah hujan turut memicu terjadinya banjir. Curah hujan di Sragen 110 mm, Solo 105 mm, dan Madiun 90 mm. Menurut Siswoko debit banjir tersebut mencapai 2000 m3/detik. Debit air tersebut masih lebih kecil dibanding banjir probabilitas 10 tahunan yang mencapai 2500 m3/detik terang Siswoko. Siswoko membantah, bila banjir yang melanda tersebut diakibatkan ketidakmampuan waduk Wonogiri menampung debit air. Dirjen SDA menegaskan pada saat banjir, waduk wonogiri mengalirkan 200 m3/detik sementara jumlah air yang masuk jauh besar diatasnya. Fungsi waduk ialah meredam debit air yang keluar, dan waduk Wonogiri berfungsi dalam hal tersebut, tegas Siswoko. Waduk Karian: Sementara menanggapi warga yang menolak tanahnya dibebaskan untuk pembangunan Bendung Karian di Lebak Banten, Siswoko menjelaskan, hal tersebut karena warga belum mendapatkan sosialisasi. Terlalu prematur jika dikatakan warga menolak tanahnya dibebaskan, mungkin mereka belum mendapatkan sosiasasi dengan baik, ucap Dirjen SDA. Siswoko mengatakan pentingnya keberadaan Bendung Karian nantinya dalam hal menyokong kebutuhan air minum warga Jakarta dan sekiranya. Nantinya Bendung Karian dapat mengalirkan air baku sebanyak 6 m3/detik. Pemilihan Bendung Karian sendiri, menurut Dirjen SDA karena dipandang dari segi masalah sosial relatif mudah dibanding membuat Bendung di daerah Jakarta. Sementara untuk dana pembangunannya, akan berasal dari pinjaman Korea Selatan senilai US$ 150 juta atau setara Rp 1,4 triliun. Siswoko menjelaskan nantinya bendungan Karian akan dibagi dua kewenangan. Untuk urusan bendung akan menjadi tanggung jawab Ditjen SDA, sementara untuk aliran air menjadi urusan Ditjen Cipta Karya. Bendung Karian hanya untuk single purpose yaitu air baku, sehingga ada kemungkinan akan masuknya pihak swasta untuk masalah water supply, terang Dirjen SDA,” pihak BPPSPAM sendiri sudah menyatakan ketertarikannya, imbuhnya.Sumber: http://www.pu.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda Peduli